Munggahan merupakan tradisi masyarakat Sunda saat menyambut bulan suci Ramadhan. Munggahan sendiri berasal dari kata unggah yang berarti "pindah ke tempat lebih tinggi". Hal ini dalam artian menjelang bulan Puasa pindah ke suasana dan segala aktivitas yang lebih baik. Saat menjelang bulan Ramadhan, kegiatan munggahan ini kadang diidentikkan dengan makan bersama. Hal ini biasa lebih dikenal dengan kegiatan "botram" yakni makan bersama, baik itu dengan sanak famili maupun teman-teman. Namun, hal ini bukan berarti munggahan selalu harus makan-makan. Ada nilai-nilai sosial pada tradisi munggahan ini.
Momentum Silaturahmi Keluarga dan Berziarah
Saat beberapa hari masuk bulan suci Ramadhan, tradisi munggahan ini mulai terlihat di Bandung. Masyarakat memanfaatkan tradisi menjelang bulan suci ini sebagai momen untuk bersilaturahmi kembali dengan keluarga. Di sinilah, kumpul keluarga tersebut dimaknai sebagai ajang untuk saling bermaaf-maafan atau sekadar tepang sono. Untuk itulah, dalam kebiasaan masyarakat Sunda, kumpul-kumpul tersebut rasanya kurang lengkap tanpa adanya kegiatan botram atau acara makan bersama.
Untuk menu makanan biasanya masak sendiri ataupun makan bersama di restoran. Beberapa restoran Sunda biasanya menjadi pilihan para keluarga untuk kumpul makan bersama, misalnya Rumah Makan Sari Sunda atau Rumah Makan Ampera. Bahkan tak jarang ada juga yang kumpul bersama tersebut memilih tempat di tempat di lokasi wisata, misalnya di derenten alias Kebun Binatang Bandung. Para pengunjung ada yang membawa samak (tikar) atau menyewanya dan kemudian menyantap hidangan bersama yang dibawa masing-masing anggota keluarga. Tempat lainnya tak jarang berkumpul di villa, tempat pemancingan, kebun, atau rumah anggota keluarga yang lumayan luas untuk kumpul keluarga besar.
Lebih dari itu, tradisi menjelang Ramadhan ini untuk anjangsana ke sanak saudara atau berziarah ke makam orang tua. Maka beberapa hari menjelang puasa, pemakaman-pemakaman di Bandung banyak dikunjungi masyarakat yang ingin nyekar ke makam-makam. Beberapa kompleks pemakaman di Bandung seperti di Mahmud, Sirnaraga, Porib, Astana Anyar, Rancacili, Al-Jawami (Cileunyi), atau Cikutra banyak dikunjungi keluarga yang ingin berziarah. Seiring dengan banyaknya pengunjung yang berziarah, para penduduk sekitar kompleks pemakaman pun menggunakan momentum ini untuk berjualan bunga rampai ataupun beralih profesi sementara menjadi pembersih makam.
Hal lainnya yang dilakukan menjelang Ramadhan ini biasanya adalah mandi besar juga bersih-bersih rumah dan lingkungan. Hal ini bisa berupa pengecatan kembali rumah, bersih-bersih pekarangan, hingga gotong royong bersih-bersih dan mempercantik masjid untuk dipakai shalat tarawih nanti. Bahkan, sekitar permukiman pun biasa diadakan rereongan pengumpulan iuran dari setiap rumah untuk menyiapkan ta'jil di masjid nanti selama bulan Ramadhan.
0 Response to "Tradisi Munggahan Menyambut Ramadhan di Bandung"
Posting Komentar