Permainan tradisional masyarakat di Jawa Barat mempunyai kekayaan ragam jenis yang secara turun-temurun ditularkan dari generasi ke generasi. Sebut saja permainan semacam boy-boyan, bebentengan, enggrang, ucing sumput, oray-orayan, gatrik, beklen, sapintrong, atau sorodot gaplok. Itu semua adalah permainan anak-anak di Tatar Sunda yang penuh keceriaan sekaligus menjadi ajang fantasi bagi orang tua zaman sekarang. Permainan ini lambat laun tergerus zaman dengan dibombardirnya aneka kesenangan sesaat bagi anak-anak, semacam game online atau asyiknya dengan media jejaring sosial di internet. Padahal, permainan tradisional ini sarat nilai-nilai luhur dan pengetahuan. Dalam permainan tradisional banyak manfaat di dalamnya, dari unsur olah raga, kebersamaan/sosial, mencintai alam, hingga kecerdasan berpikir.
Di daerah atas Bandung, tepatnya di daerah Dago berdiri pegiat pelestari permainan tradisional bernama Komunitas Hong. Komunitas Hong sebagai Pusat Kajian mainan Rakyat mempunyai tujuan mulia, yaitu:
- Melestarikan produk mainan rakyat sebagi artefak budaya agar tidak punah dan tetap lestari
- Melakukan binaan budaya bermain anak melalui pelatihan untuk anak-anak agar budaya bermain yang
berbasis budaya lokal tetap bertahan
- Mengembangkan produk mainan rakyat sebagai dasar pengembangan mainan anak yang ada untuk kebutuhan dalam dunia pendidikan
- Melakukan binaan budaya bermain anak melalui pelatihan untuk anak-anak agar budaya bermain yang
berbasis budaya lokal tetap bertahan
- Mengembangkan produk mainan rakyat sebagai dasar pengembangan mainan anak yang ada untuk kebutuhan dalam dunia pendidikan
Hingga sekarang, Komunitas Hong telah mendokumentasikan 250 macam permainan anak tradisional Sunda, 213 permainan tradisional Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta 50 jenis permainan dari Lampung. Selain itu, komunitas ini berupaya menjadi Pusat Kajian Mainan dan Permainan Rakyat dengan koleksi sekitar 100 jenis permainan tradisional dari 10 negara.
Siapa dibalik lahirnya Komunitas Hong? Ia adalah Mohammad Zaini Alif (Kang Zaini). Ia meneliti tentang seni dan budaya sejak 1996, kemudian tahun 2005 komunitas ini berdiri hingga peresmiannya tahun 2008. Dilatarbelakangi penelitian permainan Sunda kemudian Kang Zaini berniat melestarikannya dengan mendirikan Komunitas Hong. Dia bercita-cita menghidupkan kembali berbagai khazanah permainan tradisional Jawa Barat dan Nusantara. Kang Zaini mendapat penghargaan sebagai Social Entrepreneur dari British Council 2010 atas upayanya dalam pemberdayaan masyarakat sekitar melalui Komunitas Hong.
Lelaki kelahiran Cibuluh, Kecamatan Tanjung Siang, Kabupaten Subang, Jawa Barat ini merasa punya katineung (kenangan) akan masa kecilnya. Dimana ia waktu kecil suka memainkan berbagai jenis permainan di antaranya kolecer (sejenis kipas angin yang dipancang di sawah atau huma) dan karinding (alat tiup dari batang bambu yang disobek tengahnya) untuk mengusir binatang hama padi seperti serangga dan burung. Ia juga membuat wayang golek dari batang daun singkong yang mengering.
Kecintaan kepada mainan tradisional asli Sunda membawa pria ini menempuh pendidikan di Desain Produk Institut Teknologi Nasional (Itenas) dan ITB untuk meraih gelar S1 dan S2. Sejak 1996 ia mulai melakukan penelitian tentang mainan tradisional. Tak mudah melakukan penelitian itu karena sumbernya sangat sedikit. Lantaran penelitian permainan Sunda dan berniat untuk melestarikan, ia pun mendirikan komunitas Hong.
Kecintaan kepada mainan tradisional asli Sunda membawa pria ini menempuh pendidikan di Desain Produk Institut Teknologi Nasional (Itenas) dan ITB untuk meraih gelar S1 dan S2. Sejak 1996 ia mulai melakukan penelitian tentang mainan tradisional. Tak mudah melakukan penelitian itu karena sumbernya sangat sedikit. Lantaran penelitian permainan Sunda dan berniat untuk melestarikan, ia pun mendirikan komunitas Hong.
Komunitas Hong kini memiliki 150 anggota yang berasal dari masyarakat tingkatan usia 6 tahun sampai 90 tahun. Kelompok anak adalah pelaku dalam permainan sementara orang dewasa sebagai narasumber dan pembuat mainan.Komunitas ini juga membangun Museum Mainan Rakyat di Bandung untuk mengangkat dan memperkenalkan mainan rakyat. Selain itu mereka membangun Kampung Kolecer yaitu tempat untuk melatih mainan dan permainan rakyat di Kampung Bolang, Desa Cibuluh, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang. Ada yang menarik untuk tidak dilewatkan adalah Festival Kolecer, yaitu festival mainan rakyat dengan berbagai upacara adat.
Komunitas Hong
Pakarangan Ulin Dago Pakar Bandung
Pusat Kajian Mainan Rakyat
Jl. Bukit Pakar Utara 35 Dago Bandung 40198
Tlp. +62 22 2515775; 085295111950
E-mail: kolecer@gmail.com
Showroom : Jl. Merak 2 Bandung, Tel. +62 22 2515775
Workshop: Kampung Kolecer, Kmp. Bolang Desa Cibuluh Kec. Tanjungsiang Kabupaten Subang,
Pakarangan Ulin Dago Pakar Bandung
Pusat Kajian Mainan Rakyat
Jl. Bukit Pakar Utara 35 Dago Bandung 40198
Tlp. +62 22 2515775; 085295111950
E-mail: kolecer@gmail.com
Showroom : Jl. Merak 2 Bandung, Tel. +62 22 2515775
Workshop: Kampung Kolecer, Kmp. Bolang Desa Cibuluh Kec. Tanjungsiang Kabupaten Subang,
Tel. +62 0260 480026
0 Response to "Komunitas Hong: Pelestari Permainan Tradisional"
Posting Komentar